IAI TABAH Selenggarakan Seminar Internasional Bertajuk Inklusivitas dan Kesetaraan

by | Feb 28, 2024 | Berita | 0 comments

Berita IAI TABAH–Dalam rangkaian Diesnatalis ke-30 tahun, Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah gelar Seminar Internasional pada Rabu, 28 Februari 2024. Seminar bertema “Cultivating Inclusivity to Sustain the Equitable Future and Harmonious Society” berlangsung online via Zoom Meeting. Hadir sebanyak 186 peserta yang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan umum. Pemateri pada acara tersebut antara lain Asst. Prof. Mahsoom Sateemae (Fatoni University Thailand), Asst. Prof. Dr. Muntaha Artalim Zaim (International Islamic University Malaysia), dan Dr (HC). KH. Husein Muhammad (Kongres Ulama Perempuan Indonesia)

Rektor IAI TABAH Dr. Alimul Muniroh, M.Ed. memberikan sambutan pembuka. Ia menyoroti pentingnya kolaborasi antar lembaga pendidikan dalam menciptakan lingkungan yang inklusif bagi semua. Rektor alumnis University of Malaya ini juga menekankan peran kampus dalam mendukung pendidikan inklusif. Mengingat inklusivitas sangat dibutuhkan untuk keberlanjutan dan keharmonisan sosial. Salah satunya IAI TABAH mendukung program moderasi beragama di Indonesia. Di mana moderasi beragama dalam dunia pendidikan  menjadi landasan dalam menciptakan pendidikan yang inklusif.

Pemateri pertama, Prof. Mahsoom, menyampaikan materi tentang “Navigating the Digital Literacy and Landscape with Inclusivity“. Beliau membahas mengenai pentingnya smart technology dan peran kebijakan pemerintah dalam mendukung program literasi digital dan pendidikan inklusif. Hal itu bertujuan agar dapat memberikan dukungan secara optimal bagi masyarakat khususnya generasi yang akan datang.

Selanjutnya KH. Husein Muhammad sebagai pemateri kedua. Pendiri Fahmina Institute membawakan topik “Perjuangan  Mewujudkan Keadilan Gender dan Relasi Kesalingan”. Buya Husein membahas terkait peran dan potensi perempuan pada tugas-tugas kemanusian yang sejatinya memiliki hak yang sama (setara) dengan laki-laki, tidak termarginalisasi dan terdomestikasi. Karena sesungguhnya peradaban manusia diawali dari perempuan. Buya juga memberikan wawasan baru tentang 7 prinsip kemanusiaan, di antaranya: perlindungan hak hidup, hak berkehormatan, hak berpikir, hak berkeyakinan, hak atas kesehatan reproduksi, hak atas kepemilikan kekayaan, dan hak atas keterpeliharaan dan kelestarian lingkungan.

Prof. Dr. Muntaha sebagai pemateri terakhir menyajikan topik “Building Inclusive Communities and Nurturing Equity: An Islamic Perspectives“. Dalam paparannya, Prof. Muntaha menggambarkan fakta hari ini dalam kehidupan masyarakat sosial yang mulai berseberangan dengan anjuran di dalam ayat qur’an, hadits, serta kitab-kitab turats. Terkhusus umat Islam yang seharusnya menyadari bahwa kehidupan mereka adalah kehidupan yang terbuka, bukan kehidupan tertutup yang hanya terbatas pada kalangan umat Islam sendiri, melainkan kehidupan mereka adalah kehidupan yang bergerak, membangun komunikasi, interaksi, dan hidup berdampingan dengan semua makhluk baik itu umat Islam maupun dengan non-Muslim.

Seminar internasional ini tidak hanya memberikan wawasan mendalam mengenai pendidikan inklusif serta pemahaman mengenai kesetaraan gender saja, tetapi juga menjadi ruang kolaborasi antarlembaga pendidikan tinggi. Adapun harapan lain dari kegiatan seminar ini adalah mampu hadir sebagai wadah untuk bertukar ide dan pengalaman guna mewujudkan pendidikan yang lebih inklusif dan bersaing di era global. (hsn)