Oleh: Muhammad Nur Hasan, S.Si., M.Sc. (Dosen Tetap Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah Lamongan)


Di era modern ini, Science, Technology, Engineering and Math (STEM) telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Salah satu perkembangan paling menarik dalam bidang STEM yang mengubah dunia adalah ditemukannya kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Teknologi AI telah memberikan dampak yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, baik dalam bisnis, kesehatan, pendidikan, maupun hiburan. Namun, seperti mata uang, setiap inovasi teknologi memiliki dua sisi yang berlawanan. Begitu pula dengan AI, yang menghadirkan peluang besar sekaligus potensi ancaman, khususnya bagi kaum rebahan (couch potato).
Peluang AI untuk Kaum Rebahan
Kaum rebahan atau istilah dalam bahasa inggrisnya “couch potato” merupakan kaum yang dikenal enggan bergerak dari tempat tidur atau sofa mereka. Hadirnya perkembangan teknologi AI, sebenarnya dapat meraih banyak manfaat dan peluang. Salah satu peluang terbesar adalah dalam hal pekerjaan. Dengan AI, banyak tugas yang repetitif dan membosankan dapat diotomatisasi, sehingga memungkinkan kaum rebahan untuk mengejar pekerjaan yang lebih kreatif dan bermakna. Misalnya, pekerjaan administratif yang dulu membutuhkan waktu berjam-jam untuk menyusun manuskrip dan mengelola data sekarang dapat dilakukan oleh AI dalam hitungan detik, Chat-GPT misalnya. Hal ini memungkinkan seseorang untuk fokus pada pekerjaan yang mengharuskan pemikiran kritis dan inovasi dapat dibantu lebih cepat dan efisien.
Selain itu, AI juga membawa kemudahan dalam hal akses informasi. Kaum rebahan dapat dengan mudah mengakses berbagai sumber informasi, termasuk buku, jurnal ilmiah, dan tutorial online, yang semuanya dapat diadaptasi sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Dengan bantuan AI, mereka dapat mengakses rekomendasi berdasarkan preferensi mereka, sehingga memudahkan mereka untuk belajar hal-hal baru tanpa perlu meninggalkan kenyamanan tempat tidur mereka.
AI juga membuka peluang baru dalam bidang hiburan dan kreativitas. Kaum rebahan dapat menggunakan teknologi ini untuk menciptakan musik, seni, atau bahkan menulis cerita dengan bantuan AI. Ini menghadirkan peluang bagi mereka yang ingin mengejar hobi atau menciptakan karya tanpa perlu beranjak dari tempat tidur.
Ancaman AI bagi Kaum Rebahan
Meskipun peluang yang ditawarkan oleh AI sangat menarik, ada juga potensi ancaman yang perlu diperhatikan. Salah satu masalah utama adalah ketergantungan pada teknologi AI. Kaum rebahan yang terlalu bergantung pada AI untuk melakukan tugas-tugas sehari-hari mereka mungkin kehilangan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas tersebut secara manual. Ini dapat mengakibatkan hilangnya keterampilan dasar, kemandirian serta melahirkan generasi malas untuk berpikir, dikarenakan selalu mengandalkan AI dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, keamanan data menjadi isu yang semakin serius. Kaum rebahan yang menggunakan teknologi AI untuk mengakses informasi pribadi mereka perlu waspada terhadap risiko kebocoran data dan peretasan. Jika data pribadi jatuh ke tangan yang salah, ini dapat memiliki konsekuensi serius bagi privasi dan keamanan finansial mereka.
Selanjutnya, ada juga isu sosial yang perlu dipertimbangkan. Ketergantungan pada teknologi AI dapat mengurangi interaksi sosial yang penting dalam kehidupan manusia. Kaum rebahan yang terlalu bergantung pada dunia maya dan AI mungkin kehilangan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain secara nyata. Ini dapat mengarah pada isolasi sosial dan masalah kesehatan mental (mental health).
Menemukan Keseimbangan yang Tepat
Dalam menghadapi peluang dan ancaman yang ditimbulkan oleh teknologi AI, penting bagi kaum rebahan untuk menemukan keseimbangan yang tepat. Mereka harus memanfaatkan potensi positif AI untuk meningkatkan kualitas hidup mereka, sambil tetap waspada terhadap risiko yang ada.
Pertama-tama, kaum rebahan perlu memprioritaskan pengembangan keterampilan yang tidak dapat digantikan oleh AI. Ini termasuk kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan kreativitas. Dengan cara ini, mereka dapat tetap relevan dalam dunia kerja yang semakin terautomatisasi.
Kedua, penting bagi mereka untuk menjaga keamanan data mereka dengan hati-hati. Ini termasuk penggunaan kata sandi yang kuat, enkripsi data, dan pemahaman tentang bagaimana melindungi diri dari ancaman siber.
Ketiga mereka harus mengatur waktu untuk berinteraksi dengan dunia nyata dan orang lain. Meskipun teknologi AI dapat memudahkan komunikasi, tidak ada yang dapat menggantikan pengalaman berinteraksi langsung dengan orang lain. Ini penting untuk memelihara kesehatan mental dan emosional.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa teknologi AI pada dasarnya membawa sejumlah peluang dan ancaman bagi kaum rebahan. Ini memberi mereka akses sumber informasi yang tidak terbatas, membantu dalam mencari ide kreatif, dan mempercepat pekerjaan terutama saat dalam kondisi under deadline. Namun, ketergantungan berlebihan pada AI dapat menghilangkan kemandirian, mengancam keamanan data, dan mengurangi interaksi sosial.
Untuk menghadapi tantangan ini, kaum rebahan harus mencari keseimbangan antara memanfaatkan teknologi AI dan menjaga keterampilan manusiawi mereka. Dengan cara ini, mereka dapat memaksimalkan potensi positif AI sambil tetap menjaga integritas dan melatih kemampuan (human skill) mereka. Meskipun penulis menyadari bahwa teknologi AI adalah sebuah temuan yang hebat, namun tinggal bagaimana kaum rebahan menggunakannya lah yang akan menjadi faktor penentu dalam membentuk peradaban di masa depan. []