LABUHAN MENUJU DESA WISATA BEBAS SAMPAH

by | Aug 30, 2019 | Berita

Sampah dan penanganannya sudah menjadi masalah yang sangat serius di Indonesia, baik di kota maupun desa. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Indonesia memproduksi sampah hingga 65 juta ton pada 2016 lalu. Jumlah tersebut sekarang naik 1 juta ton dari sebelumnya. Oleh karena itu penanganan sampah memerlukan perhatian khusus dari semua kalangan.

Penanganan sampah hanya akan menjadi wacana saja tanpa keterlibatan aktif semua kalangan. Hal tersebut yang pada akhirnya mendorong pemerintah dan masyarakat desa Labuhan Brondong untuk membuat gang percontohan bebas sampah sekaligus membentuk tim pengelola kegiatan (TPK) penanganan sampah dan merumuskan program serta target penanganan sampah di Labuhan.

Ide membuat gang percontohan bebas sampah tidak muncul secara tiba-tiba dan tanpa alasan. Ide tersebut berawal dari research yg dilakukan oleh mahasiswa KKN PAR IAI TABAH 2019. Setelah melakukan tahapan-tahapan Participatory Action Research (PAR), mahasiswa KKN menemukan beberapa problem yang sedang dihadapi oleh masyarakat Labuhan di antaranya masalah metode pengajaran di TPQ, masalah limbah sisa hasil laut, dan masalah penanganan sampah. Dari ketiga masalah tersebut, masyarakat menginginkan agar masalah penanganan sampah menjadi prioritas dalam aksi PAR yang akan dilaksanakan oleh masyarakat bersama mahasiswa KKN. Penanganan sampah petlu diprioritaskan mengingat Labuhan telah menjadi desa wisata dengan destinasi wisatanya Pantai Kutang yang sudah terkenal.

Dalam menjalankan aksi PAR, mahasiswa bekerja sama dengan tim kecil dari BUMDESA (Badan Usaha Milik Desa) Labuhan. Rencana awal aksi ini dilakukan secara topdown melalui pemerintah desa. Aksi diarahkan untuk membuat blueprint konsep penanganan sampah yang akan diserahkan ke pemerintah desa agar bisa dibawa ke forum musyawarah desa (musdes) dan dimasukkan dalam prioritas program kerja desa sehingga penanganan sampah akan lebih mudah terlaksana. Namun rencana tersebut urung dilakukan karena memerlukan waktu yang cukup lama 2-3 tahun. Dengan berbagai masukan dan pertimbangan maka aksi kemudian dilakukan secara bottom up, yaitu berangkat dari membangun kesadaran masyarakat.

Dalam menjalankan aksi penanganan sampah secara bottom up, mahasiswa bersama unsur dari LPMD seteleh beberapa kali diskusi akhirnya memutuskan harus ada pilot project gang percontohan bebas sampah. Gang Bogor (RT 04 dan RT 06) dipilih sebagai gang percontohan. Untuk mewujudkan gang percontohan itu, diadakanlah kegiatan Focus Group Discussion yang melibatkan pj. kepala desa, ketua BPD, ketua RT terkait, dan semua warga Gang Bogor.

Mahasiswa KKN membuka FGD dengan menjelaskan latar belakang munculnya ide gang percontohan, penjelasan tersebut sekaligus sebagai pengantar diskusi. Ide gang percontohan mendapat respon yang luar biasa dari pemerintah desa dan siap menyediakan beberapa tong sampah sebagai tempat penampungan sampah sementara. begitu pula BPD, LPMD dan BUMDESA juga menyambut baik ide gang percontohan, mereka bahkan siap memfasilitasi kegiatan tersebut. Warga gang bogor pun sangat antusias dan ide-ide cemerlang tentang penanganan sampah di gang bogor akhirnya muncul dalam FGD ini diantaranya: membuat gapura gang percontohan bebas sampah, pengadaan tong sampah (langsung dibantu pleh pemerintah desa beberapa unit), penyediaan jasa angkut pembuangan sampah (sudah ada warga yang bersedia, iuran bulanan, pembentukan Tim Pengelolaan Kegiatan (TPK) penanganan sampah (sudah terbentuk) dan membuat alur serta aturan pembuangan sampah yang harus dipatuhi oleh warga gang.

FGD juga menyepakati bahwa forum rembug tingkat RT sebagaimana FGD yang telah difasilitasi oleh mahasiswa KKN ini harus diteruskan oleh warga. Frekuensi rembug warga bisa dilakukan bulanan atau triwulan (disepakati menyusul). Adapun yang bertanggungjawab melaksanakannya pasca adanya KKN adalah TPK yang sudah terbentuk.

Peresmian gang bogor sebagai gang percontohan bebas sampah di Labuhan secara simbolis telah dilakukan oleh warga gang dengan membuat gapura sederhana yang ternyata langsung mendapat respon baik dari salah seorang warga gang bogor yang siap membiayai pembangunan gapura yang lebih bagus dan permanen. Warga secara swadaya juga menyiapkan tong sampah sampah d depan rumah masing-masing.

Gang percontohan bebas sampah di Labuhan telah terwujud. Harapan dengan adanya gang percontohan ini adalah gang-gang lainnya secara sukarela akan ikut melakukan apa yang telah dilakukan oleh gang bogor sehingga cita-cita Labuhan menjadi desa bebas sampah akan terwujud. Kalau masalah pembuangan sampah sudah tertangani dengan baik, warga tidak lagi membuang sampah sembarangani, maka ide-ide pengolahan sampah menjadi sesuatu yg bermanfaat dan bernilai ekonomis tentu akan lebih mudah. (ABT)