IAI TABAH–Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah menyelenggarakan rapat senat terbuka wisuda program Sarjana Strata Satu XIV, di Auditorium Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah, Kranji, Kecamatan Paciran, Lamongan, Ahad (29/10/2023).
Dalam agenda wisuda ini dihadiri oleh para lulusan, keluarga, dosen, dan tamu undangan lainnya, seperti ketua yayasan, pengasuh pondok pesantren Tarbiyatut Tholabah, perwakilan Kopertais Wilayah IV Surabaya, Kasubdit Ketenagaan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis), Kepala Bakorwil Bojonegoro mewakili Gubernur Jawa Timur, dan kepala-kepala madrasah mitra IAI TABAH.
Acara wisuda ini merupakan puncak dari perjalanan akademik yang panjang bagi para mahasiswa IAI TABAH. Total sebanyak 112 mahasiswa yang dinyatakan menerima gelar sarjana pada tahun akademik 2023/2024 ini. Mereka berasal dari enam program studi (prodi), di antaranya Pendidikan Agama Islam (PAI), Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD), Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Ilmu Alquran dan Tafsir (IAT), dan Ekonomi Syariah (ES).
Dalam kesempatan tersebut, perwakilan wisudawan, Sahro Wardil Lathif, S.Pd. mengungkapkan bahwa meraih gelar sarjana harus patut disyukuri karena telah melewati proses untuk meraih gelar sarjana. Tentu ini semua karena izin Allah SWT serta do’a dan ridlo orang tua. Diharapkan sarjana lulusan IAI TABAH harus memiliki pembeda, karena kuliah di kampus di bawah naungan pondok pesantren pembelajaran akhlaqul karimah lebih diutamakan.
“Teman-teman, kita sudah melewati proses yang luar biasa, hingga meraih gelar sarjana saat ini. Tentu itu semua karena izin Allah SWT, sehingga patut disyukuri. Namun gelar sarjana tiada guna kalau hanya untuk pamer, tujuan utama adalah untuk membuat orang tua bangga dan bahagia. Seiring bertambahnya ilmu, semoga selalu diiringi do’a dan ridlo orang tua. Sebagai sarjana, jangan sampai kita hanya mengandalkan ijazah, tanpa dibarengi skill yang menjadi pembeda serta akhlak. Menjadi mahasiswa IAI TABAH, di bawah naungan pondok pesantren, selain diajarkan ilmu juga dibekali akhlakul karimah. Terimakasih bapak ibu dosen yang telah membimbing dan mengajar kami. Semoga sampai kapanpun masih mengakui kami sebagai mahasiswanya,” paparnya.
Lulusan prodi PAI angkatan 2019 itu juga menambahkan dua pesan untuk para wisudawan, agar jangan sampai wisuda ini menjadikan puas dan penutup belajar. Meskipun sudah lulus harus terus belajar dan berkarya sebanyak-banyak. Di samping itu Jangan sampai melupakan IAI TABAH. Sesama alumni harus tetap menjalin silaturahmi.
Sementara Rektor IAI TABAH, Dr. Alimul Muniroh, M.Ed. dalam sambutannya menyampaikan bahwa lulusan saat ini akan dihadapkan dengan tantangan dan peluang menghadapi teknologi. Di mana seorang sarjana harus mampu beradaptasi dengan segala bentuk perubahan yang secepat kilat.
“Seluruh informasi hari ini telah dilalui secepat kilat. Kecepatan ini harus diimbangi dengan kemampuan yang bisa beradaptasi dengan teknologi. Agar tidak sampai gagap teknologi. Sarjana pendidikan, ekonomi, atau apapun itu harus bisa beradaptasi. Teknologi ini ibarat pisau bermata dua. Satu sisi dapat membantu, lain sisi bisa menggerus eksistensi kita sebagai manusia. Banyak sekali orang yang kehilangan pekerjaan karena teknologi,” terang Alimul.
Namun satu-satunya rektor perempuan di Lamongan ini meyakini bahwa mahasiswa lulusan IAI TABAH pasti bisa menghadapi setiap tantangan, tetap semangat dalam kondisi apapun, dan selalu tabah berproses untuk meraih kesuksesan.
“Saya yakin sarjana IAI TABAH akan berbeda dengan yang lain. Karena jiwa santri memiliki ketabahan yang luar biasa dibanding yang lain. Tabah itu artinya gigih, kuat, dan semangat dalam kondisi apapun. Tabah adalah kunci kesuksesan,
Kesuksesan dapat dilakukan dengan Tabah. Siapapun orangnya, kuncinya harus tabah. Tatag terhadap kondisi yang harus dilalui,” jelasnya.
Selain itu, rektor IAI TABAH juga memaparkan capaian-capaian yang diperoleh kampus tahun ini, mulai dari mahasiswa yang telah selesai melakukan KKN di luar negeri, dosen-dosen banyak yang diterima pengajuan proposal Litapdimas dan beasiswa studi doktor, meningkatnya jumlah dosen yang sudah sertifikasi, serta pembangunan gedung perpustakaan baru.
Hal ini senada dengan Drs. H. Fathur Rohman ketua yayasan Ponpes Tarbiyatut Tholabah. Beliau mengapresiasi atas segala bentuk pencapaian kampus IAI TABAH di bawah kepemimpinan Alimul Muniroh. Pak Fathur juga memberi semangat serta bangga dengan para wisudawan yang telah berhasil meraih sarjana. Terpenting,para alumni IAI TABAH harus menjaga dan menjunjung tinggi nama baik Tarbiyatut Tholabah dan sebagai alumni harus ikut serta membesarkan IAI TABAH dengan cara jariyah baik berupa materiil maupun immateriil. Karena IAI TABAH sesuangguhnya milik masyrakat termasuk juga alumni.
Dilanjutkan dengan sambutan dari Prof. Dr. Hj. Wiwik Setiyani, M.Ag., wakil rektor II UIN Sunan Ampel selaku perwakilan Kopertais Wilayah IV Surabaya. Dalam sambutannya, ia mengajak para wisudawan untuk melakukan refleksi diri. Menatap wajah kedua orang tua yang sudah jeripayah mengantarkan hingga menjadi seorang sarjana.
“Ibarat tangga, proses itu harus dilalui. Di sana ada tahapan-tahapan harus dilalui,” ujarnya. Prof. Wiwik juga berharap adanya kerjasama program antara PTKIS dan PTKIN serta membuka peluang bagi para wisudawan untuk studi lanjut program pascasarjana di UIN Sunan Ampel.
Adapun memasuki sesi orasi ilmiah, yang pertama disampaikan oleh Kepala Bakorwil Bojonegoro, mewakili Gubernur jawa Timur. Bapak Dr. Agung Subagyo, S.STP., M.Si. membacakan naskah orasi ilmiah dari Dr. (HC) Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa, M.Si. yang pada intinya wisudawan adalah calon cerdik cendekia muslim yang telah mendapatkan kehormatan berproses menjadi seorang intelektual yang berilmu dan berakhlak mulia. Maka sudah selayaknya mampu menunjukkan peran-peran intelektual di tengah-tengah masyarakat, menunjukkan peran-peran kemanusiaan, menunjukkan peran-peran kebangsaan demi memajukan bangsa dan negara Indonesia.
Mengutip salah satu riset bahwa pada tahun 2030 Indonesia diestimasikan menjadi negara dengan ekonomi terkuat di Asia Tenggara dan ekonomi terbesar ke lima dunia. Tentu butuh kerjasama dari berbagai pihak terutama kesiapan kita dalam hal Sumber Daya Manusia (SDM). Karena untuk mengukur kemajuan sebuah negara, dapat dilihat dari kualitas SDM-nya. Apalagi IAI TABAH Lamongan, yang merupakan perguruan tinggi berbasis pesantren. Diyakini bahwa lulusan pesantren adalah lulusan yang kokoh secara spiritual, cerdas secara intelektual, santun secara sosial, dan mapan secara finansial.
Orasi Ilmiah kedua dari Kasubdit Ketenagakerjaan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis), Ditjen Pendidikan Islam, Dr. Ruchman Basori, M.Ag. Dalam orasi ilmiahnya, ia memaparkan Indonesia mempunyai bonus demografi dengan usia produtif (15-64 tahun) lebih banyak daripada usia yang non produktif. Namun munculnya era revolusi 4.0 melahirkan tiga ciri yang menjadi tantangan. 1) Tradisi manual dan tradisional digantikan dengan serba online, 2) Matinya kepakaran (the death of expertise), dan 3) Ada pekerjaan baru menggantikan pekerjaan lama.
Ruchman juga meminta kepada wisudawan IAI TABAH agar memiliki kapasitas personal jika ingin bersaing dengan lulusan PTKIN, salah satunya adalah kemampuan menulis. Ia mengajak para alumni untuk menulis agar terampil. Di akhir orasi ilmiah ia juga memberikan informasi beasiswa, mulai dari jenis program maupun prasyaratnya.
Serangkaian acara wisuda ini lantas ditutup dengan memutar video ucapan selamat dari para tokoh, di antaranya Prof. Dr. Ahmad Zainul Hamdi, M.Ag. (Sebagai Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Pada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag RI), Dr. H. Jazilul Fawaid (Wakil ketua MPR RI), Dr. H. Yuhronur Effendi, M.BA. (Bupati Lamongan), dan Dra. Mimin Mintarsih (Ketua PCI Muslimat NU Malaysia dan Koordinator Pengelola Sanggar Bimbingan Sungai Mulia (SBSM) Kuala Lumpur Malaysia).