Menjadi Single Mom dan Pejuang Ekonomi Keluarga

by | Dec 21, 2021 | Opini

Keluarga yang lengkap dan utuh merupakan idaman bagi setiap orang. Siapapun orangnya pasti ingin memiliki keluarga yang lengkap untuk tempat bernaung, berteduh, berkeluh kesah, memberikan rasa aman, ketenangan dan kedamaian. Namun, tidak semua orang mempunyai kesempatan untuk merasakan kehangatan dan keutuhan sebuah keluarga. Terkadang, ada keluarga yang berpisah jalan atau ada salah satu anggota keluarga yang telah dipanggil Tuhan lebih dulu.

Keluarga dengan single parent atau orang tua tunggal dapat dipimpin oleh wanita maupun pria. Namun menurut berbagai sumber, mayoritas jumlah keluarga dengan orang tua tunggal di seluruh penjuru dunia lebih dominan wanita dibandingkan dengan pria. Hal ini disebabkan karena wanita memiliki usia rata-rata yang lebih panjang, umumnya wanita menikah dengan pria yang lebih tua usianya dan lebih banyak duda yang menikah kembali sehingga lebih banyak jumlah janda dibanding duda.

Peranan ibu pada masa tumbuh kembang anak-anak sangat besar sekali. Sejak dilahirkan, peranan tersebut tampak dengan nyata sekali, sehingga dapat dikatakan bahwa pada awal proses sosialisasi, seorang ibu mempunyai peranan yang besar sekali (bahkan lebih besar daripada ayah). Single Parent merupakan tumpuan keluarga, dimana orang tua tesebut juga menjadi bagian dari dinamika sosial masyarakat, di Indonesia banyak sekali fenomena orang tua tunggal, entah itu sebab cerai atau mati. Saat salah satunya tiada tentunya menjadi tuntutan tersendiri baginya untuk membentuk proses pendewasaan keluarga. Kenyataan pahit yang terjadi dalam kehidupan adalah meninggalnya ayah yang kemudian anaknya menjadi yatim. Apalagi bagi istri yang ditinggal suaminya karena telah dipanggil Tuhan lebih dulu dengan tanpa adanya kesiapan sama sekali, baik dari segi mental maupun ekonomi. Ini menjadi beban berat bagi single mom, untuk bisa survive baik untuk dirinya sendiri maupun anak yatimnya.

Menghadapi anak yang kehilangan ayah seperti ini membuat kewajiban seorang ibu lebih berat dari sebelumnya. Tanggung jawabnya menjadi lebih luas. Ia dapat menyelamatkan anaknya dari masalah yang dihadapi, tapi pada saat yang sama bila ia melukai hati anaknya, maka luka hati anaknya menjadi berkali lipat. Dalam kondisi seperti ini seorang ibu memiliki dua kewajiban. Yang pertama mencakup kewajiban pribadinya sebagai seorang ibu dan menjadi pencari nafkah untuk anak-anak yatimnya. Tentu saja sebagi seorang ibu dibutuhkan ketrampilan khusus untuk mengkombinasikan dua tugas berat ini dalam dirinya.

Belum lagi, ibu yang menjadi orang tua tunggal sering dianggap sebelah mata oleh hampir semua orang. Padahal mereka yang menjadi single mom adalah orang yang paling tangguh dalam mengurusi keluarga dan seluruh kepentingannya. Ibu yang selama ini dikenal sebagai seseorang yang mengurus dan mengatur rumah tangga, saat bercerai atau ditinggal mati suaminya dan harus hidup menjadi seorang single mom yang harus rela membanting tulang untuk memenuhi kebutuhanseluruh keluarga. Oleh karena itu, ibu yang menjadi orang tua tunggal harus memahami perannya dengan benar. Ia yang menjadi kepala keluarga, mencari nafkah, mengurusi keperluan hidup dan menjaga perkembangan anak.

Masalah yang dihadapi oleh single mom sebagian besar adalah interaksi sosial, ekonomi dan masalah psikologis. Dari aspek sosial, ibu sebagai orang tua tunggal bisa dikatakan minim berinteraksi dengan tetangganya, hal ini dikarenakan sang ibu kurang bertegur sapa dengan orang sekitarnya atau sering berada di tempat kerja sehingga jarang bersosialisasi dengan tetangga atau lingkungan sekitar. Dari segi ekonomi, ibu sebagai orang tua tunggal harus bisa memenuhi kebutuhan keluarga dengan kemampuannya sendiri untuk anak-anaknya. Dari segi psikologis, hal ini juga dapat mengganggu pikiran dan bathinnya, dimana ia harus bertanggung jawab penuh pada keluarganya juga harus dapat membuat keputusan dengan cepat dan tepat

Dari beberapa aspek tersebut, aspek dalam ekonomi menjadi faktor utama yang sangat berat dialami oleh ibu sebagai orang tua tunggal. Yang menjadi permasalahan ekonomi bagi ibu sebagai orang tua tunggal adalah pekerjaan dan pendapatan yang dimiliki sebagai orang single mom harus dapat memenuhi berbagai kebutuhan hidup keluarga beserta anak-anaknya. Sayangnya, saat ini tidaklah gampang bagi single mom untuk mendapatkan pekerjaan dengna penghasilan besar.

Di tengah pandemi Covid-19, para ibu dalam hal ini ibu rumah tangga punya potensi besar menyelamatkan perekonomian keluarga dengan mengambil alih tugas kepala rumah tangga yang terdampak pandemi. Asumsi kontribusiperempuan terhadap ekonomi Indonesia dapat mencapai 135 miliar dolar AS atau setara Rp 1.944 triliun (dengan asumsi kurs Rp 14.400 per dolar AS) pada tahun 2025. Di mana  53,76 persen ada pada sektor UMKM dengan sebagian besar karyawannya merupakan perempuan yaitu sekitar 97 persen.[1]

Selama PPKM masih berlanjut dan pandemi Covid-19 belum benar-benar berakhir, roda perekonomian nasional tentunya masih bergantung pada bisnis yang dilakoni para ibu hebat. Perlu ada dukungan yang besar kepada para ibu dan single mom yang ikut andil dalam perkembangan ekonomi. Dalam hal ini pemerintah perlu memperbanyak instrumen keuangan maupun program yang diberikan kepada pelaku usaha perempuan skala rumahan.

Dengan demikian, perempuan atau ibu adalah manusia heroik dengan segudang aktifitas, berusaha mewujudkan anak-anak dan keluarga menuju keluarga yang mandiri dan lebih sejahtera. Hari ini bertepatan dengan hari ibu, tidak lupa kami ucapkan selamat hari ibu untuk para ibu hebat di seluruh dunia, tetap ikhlas dan semangat sebagai pejuang keluarga.

Penulis: Sifwatir Rif’ah, M.M.

Editor: Intihaul Khiyaroh, M.A


[1]https://republika.co.id